“Ya Allah, berikanlah hamba hati
seluas samudera.. Meskipun kerikil jatuh di dalamnya, hanya menimbulkan riak
kecil yang akan lenyap seketika” – 21 Juni 2013
Manusia adalah
makhluk mulia yang diciptakan Tuhan. Tidak ada manusia yang sempurna, namun ia
lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk hidup lain di bumi ini.
Manusia memiliki akal pikiran, dan dilengkapi dengan hawa nafsu. Keduanya dapat
mengantarkan manusia ke gerbang kebajikan, namun tidak jarang pula membuat
manusia tergelincir ke lembah keburukan.
Rasululllah
pernah berwasiat, sebagaimana disebutkan dalam hadis, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang laki-laki
berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Berilah wasiat
kepadaku”. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Janganlah engkau
marah”. Maka diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda beliau:
“Janganlah engkau marah”.(HR. al-Bukhari)
Amarah selalu
dikaitkan dengan kesabaran. Orang-orang yang dapat menahan amarahnya, disebut-sebut
sebagai orang yang sabar. Teladan tentang kesabaran, dapat kita pelajari dari
Rasulullah yang sangat sabar dalam menegakkan agama Allah, meskipun mendapat
tentangan dan siksaan dari kaum kafir. Begitu mulianya beliau, begitu suci
hatinya, begitu indah budi pekertinya. Beliau mengajarkan pada kita, untuk
tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Justru kita harus membalasnya dengan
kebaikan. Sebagaimana saat ia menyuapi seorang Yahudi buta yang selalu
melemparinya batu, dengan kasih sayang. Hingga ketika Rasulullah wafat, Yahudi
tersebut sangat merindukan suapan Rasulullah yang begitu lembut. Kasih sayang
beliau, mampu melembutkan hati yang tadinya keras, hingga Yahudi itupun memeluk
Islam.
Mengelola nafsu amarah, memang tidak
mudah, namun bukan berarti tidak dapat dilakukan. Saya yakin, masing-masing
individu memiliki cara untuk mengelola amarahnya. Misalnya saja saya, yang
didominasi oleh karakter melankolis. Cara yang paling mudah untuk mengelola
amarah, adalah dengan merenung, yang seringkali diiringi dengan tetesan air
mata. Jika direnungkan, saat mampu menahan amarah, dan mengalihkannya untuk
selalu berfikir positif disertai niat untuk berbuat kebaikan, maka saat itulah
saya naik satu tangga menuju kedewasaan. Saat merasakan tanda-tanda bahwa hati
mulai memanas, ambillah air wudhu, kemudian sholat. Seusai sholat, mengadulah
kepada Allah, memohon agar tidak ada noda yang mengotori hati. Bermuhasabah,
renungkanlah, pikirkanlah kesalahan diri sendiri, maafkanlah kesalahan orang
lain. Ingatlah bahwa Allah selalu bersama orang-orang yang sabar.
Sebentar lagi, bulan Ramadhan datang menjelang. Saatnya kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, termasuk kesabaran.
Artikel Terkait:
z8Laela N.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar