Allah
telah menciptakan manusia terdiri dari lelaki dan perempuan yang masing –
masing fisik memiliki karakter yang berbeda. Namun hal tersebut semata bukan
itu membeda – bedakan namun untuk saling melengkapi. Dalam al-qur’an perempuan
sering disebut – sebut bahkan Allah sendiri menyediakan surat khusus untuk
perempuan; surat An-Nisa. Ada juga surat Maryam yang merupakan ibunda mulia
Rasul Isa a.s. Sudah jelas bukan bahwa islam menjunjung tinggi perempuan.
Kedudukannya begitu mulia dihadapan Allah swt.
Banyak
pula hadist yang mengungkapkan keistimewaan perempuan, salah satunya adalah
keistimewaan doa oleh perempuan. Doa yang dipanjatkan oleh perempuan akan lebih
di ijabah oleh perempuan. Hal ini lebih kepada sifat perempuan yang penyayang.
Rasul bersabda ibu lebih penyayang daripada bapak dan doa penyayang tidak akan
sia – sia.
Pada
masa peradaban yunani pada kenyataannya tidak menghargai keberadaan perempuan.
Pada masa ini, perempuan dirampas hak atas dirinya sendiri. Membaca dan menulis
dilarang dilakukan oleh perempuan, mereka tidak punya hak dalam sosial. Satu –
satunya cara agar perempuan dihargai adalah mereka harus menjadi hetairai atau
pelacur kelas atas. Perempuan terhormat yang tidak menjadi hetairai malah
disekap di rumah. Seorang perempuan tidak boleh mengeluarkan batang hidupnya
atau mengeluarkan suara sedikit pun ketika tamu berkunjung. Ia juga hanya
diberikan pengetahuan minim tentang rumah tangga karena pengetahuan intelektual
identik dengan pengetahuan hetairai. Suami berhak menjual, mengusir,
menganiaya, bahkan membunuh istrinya sendiri. Perempuan memang diperbolehkan
memiliki usaha, namun hasil jerih payah mereka sepenuhnya menjadi milik
keluarga lelaki. Hal ini berlangsung sampai abad ke 6 M. Pada jaman
jahiliyah, kelahiran anak perempuan adalah sebuah aib. Seorang suami akan murka
ketika istirnya melahirkan seorang anak perempuan. Oleh karena itu, bayi – bayi
perempuan yang lahir dikubur hidup – hidup. Karena tekanan sosial inilah,
seorang ibu menggali lubang ketika mereka melahirkan. Jika yang dilahirkannya
bayi perempuan, maka si ibu akan menguburnya hidup – hidup di dalam lubang yang
sudah ia buat tadi. Allah melaknat perbuatan keji ini.
Firman
Allah: “Dan apabila seorang dari mereka diberi kabar dengn kelahiran anak
perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya dan dia sangat marah. Ia
menyembunyikan dirinya dari orang ramai disebabkan buruknya berita yang
disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan
ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup – hidup). Ketahuilah alangkah
buruknya apa yang mereka tetakan itu.” –Q.S An Nahl: 58 – 59.
Kedatangan
Nabi Muhammad membawa kecerahan pada umatnya. Tradisi kubur bayi ini
dihilangkan dan banyak yang insyaf, bertobat atas kelakuan pada jaman
jahiliyah. Pada masa ini, perempuan dikembalikan haknya, salah satunya adalah
hak untuk belajar. Ilmu diserap sebanyak – banyaknya oleh perempuan asalkan
sesuai dengan aqidah.
Pada masa itu, istri nabiallahuanha, Aisyah, dikenal
sebagai perempuan yang cerdas. Dia adalah pembawa riwayat hidup otentik karena
hidup berdampingan dengan nabi. Aisyah r.a dianugerahi ingatan yang tajam
sehingga bisa menyampaikan sunnah – sunnah nabi kepada umat. Begitu luas
ilmunya hingga bila ilmunya dibandingkan dengan sekumpulan ilmu seluruh
perempuan, maka ilmunya lah yang paling banyak.
Tak
hanya di pendidikan, perempuan diperbolehkan berjihad layaknya laki – laki. Salah satu yang dikenal adalah Nussaibah binti Ka’ab. Ia ikut dalam Perang Uhud
sebagai pemasok air dan yang mengobati yang terluka. Bahkan Nussaibah pun ikut
mengangkat pedang untuk melindungi Rasulullah. Sabda Rasulullah; Tidaklah aku
melihat ke kanan dan ke kiri pada Pertempuran Uhud, kecuali aku melihat
Nussaibah binti Ka’ab berperang membela ku. Begitu beraninya Nussaibah
mengayunkan pedangnya. Ia dijuluki Ummu Umarah, perempuan yang berjuang membela
islam. Nussaibah bahkan ikut berjanji setia bersama 70 lelaki lain untuk mati
di jalan Allah di Baitur Ridhwan. Subhanallah, Maha Besar Allah telah
menciptakan perempuan dengan kemuliaan yang menyertainya.
Perempuan juga
diakui kecerdasannya dengan memperbolehkan mereka mengambil posisi penting di
dalam masyarakat. Adalah Asy Syifa binti Abdullah yang dipercayai Umar bin
Khatab untuk menjadi manajer pasar madinah karena kecerdasannya. Pada masa
kekhalifahannya, Umar menghormati Asy Syifa dengan mendahulukan setiap
pemikirannya. Asy Syifa diperbolehkan untuk mengamati persaingan pasar dengan
sehat dan menindak riba’, penipuan, dan permainan pasar lainnya. Ketika ditanya
mengapa Umar memilih Asy Syifa, beliau menjawab; jika ada yang ingin
menjatuhkan Asy Syifa, maka itu sama saja dengan menjatuhkan ku. Bahkan seorang
Umar bin Khatab yang terkenal keras mengakui kecerdasan perempuan.
Ada
hadist menyebutkan salah satu ciri – ciri lelaki terhormat adalah yang paling
baik dan bersikap lemah lembut terhadap istrinya. Ketika dikatakan bahwa Adam
dan Hawa terusir dari surga dikarenakan Hawa, pendangan ini salah. Jelas –
jelas di al-qur’an dikatakan bahwa setan menggoda keduanya, bukan hanya Hawa
semata. Pandangan
yang mempersalahkan Hawa adalah ajaran yahudi, dalam kitab genesis disebutkan
dialah yang menyebabkan Adam dihukum dan diusir dari surga. Bahkan gejala
kewanitaan seperti menstruasi dianggap sebagai kutukan. Jelas keliru ketika
mengkambinghitamkan perempuan karena pada sejatinya manusia diturunkan ke bumi
untuk mengemban tugas mulia sebagai khalifah atas makhluk lainnya seperti yang
sudah tertulis dalam Q.S Al Baqarah: 30.
Tetapi
ada hadist Nabi yang dituduh sebagai pendiskriminasian perempuan yang
menyatakan perempuan terbuat dari tulang rusuk yang bengkok. Meski hadistnya
shahih, sebagian feminis seperti Rifat Hasan berpendapat hadist ini
bertentangan dengan al-qur’an karena Allah telah menciptakan manusia sebaik –
baiknya bentuk. Yang dimaksud ini lebih bermakna metafora, seperti yang dikemukakan
oleh para ulama; Syeikh Rasyid Ridho dalam Tafsir Al-manar dan Syeikh Yusuf
Qordowi, dalam hadist ini Rasulullah memerintahkan para lelaki untuk
memperlakukan istri mereka dengan lemah lembut dan tidak tergesa – gesa dalam memperbaikinya
ketika menemukan sesuatu hal yang tidak disukai. Karena itulah memperlakukan
perempuan harus bijaksana dan lembut, karena sifat perempuan tidak sama dengan
lelaki. Jika berbuat kasar untuk merubah karakter perempuan, akan fatal sefatal
meluruskan tulang rusuk yang bengkok. Allah berfirman bahwa perempuan dan laki
– laki diciptakan dari jenis yang sama. Tak ada perbedaan antara lelaki dan
perempuan saat penciptaannya seperti yang sudah tertulis di Q.S An Nisa: 1.
“Dan
hendaklah kamu tetap di rumah mu, dan janganlah kamu berhias, dan bertingkah
seperti orang – orang jahiliyah terdahulu.” –Q.S Al Ahzab: 33.
Menjadi
ibu rumah tangga memang adalah pekerjaan yang sangat mulia karena ditangan
merekalah generasi muda tangguh penerus bangsa dilahirkan. Sebuah negara akan
maju dengan didikan dini seorang ibu terhadap anaknya. Mengabaikan kebutuhan
dasar anak adalah berarti mengabaikan jati diri perempuan. Seorang ibu rumah
tangga sudah dijanjikan oleh Allah pahala yang melimpah dan pintu surga yang
siap terbuka. Bahkan amalan seorang ibu rumah tangga disamakan dengan
perjuangan jihad perang di jalan Allah.
“pekerjaan
salah seorang di antara kalian di rumahnya menyamai amalan para mujahidin fii
sabiilillah.” – HR. Al – Bazzar.
Begitu
tinggi derajat seorang ibu rumah tangga. Namun demikian seorang ibu yang
memutuskan untuk bekerja juga tidaklah salah. Asalkan hal tersebut dilakukan
untuk membantu kelangsungan hidup keluarga. Bekerja juga menjadi sesuatu yang
sunnah atau wajib bila seorang perempuan menjadi janda dan tidak menanggung
kehidupan ekonominya. Daripada meminta – minta, Allah lebih menyukai yang
bekerja dengan kemampuannya. Perempuan yang bekerja untuk membantu keluarganya
juga diijinkan seperti yang dikisahkan pada Surat Al Qashash ayat 23. Meski
perempuan diijinkan bekerja, namun tetap harus menjaga martabat diri dan sesuai
dengan aqidah juga mentaati suaminya. “katakanlah kepada wanita – wanita yang
beriman, “hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya,
dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak
darinya...” –Q.S An Nur: 31.
Tidaklah
salah atau memalukan terhadap mereka yang meninggalkan pekerjaan rumah tangga
mereka untuk bekerja jika suami turut membantu. Asma, putri Khalifah Abu bakar
dibantu suaminya untuk urusan rumah tangga seperti ia juga membantu suaminya
dalam memelihara kuda, menyabit rumput dan menanam benih di kebun.
Benazir
Buto adalah perdana menteri perempuan pertama yang dipilih oleh Pakistan yang
notabene adalah negara muslim. Menurut beberapa ahli tafsir, yang dimaksud
dengan ‘lelaki adalah pemimpin kaum wanita’ adalah lelaki sebagai pemimpin di
keluarga. Penolakan lain yakni dengan hadist Rasulullah; “Tidak akan berbahagia
suata kaum yang memberikan urusan mereka kepada perempuan”. Hadist ini diriwayatkan
ketika masa Kerajaan Persia. Saat itu, putri raja persia; Qisrah menggantikan
ayahnya menjadi raja. Masyarakat Persia saat itu kurang menghargai keberadaan
perempuan. Maka itu sangatlah wajar dan bijak jika Rasul mengucapkan hal
tersebut.
Syeikh
Qordowi mengatakan, untuk mengerti maksud hadist harus dikembalikan lagi pada
keadaan umum. Hubungan antara laki-laki dan perempuan sama dengan beribadat
kepada Allah, berdakwah untuk agamanya, dan melaksanakan amar ma’ruf nahi
munkar seperti yang dikatakan di surat At Taubah: 71. Menurut Yusuf
Qordowi, seorang perempuan boleh saja berkarir di luar rumah dengan syarat
tidak melangar kode etik kesopanan yang diajarkan syariat islam. Tidak
mempertontonkan kecantikannya pada orang lain sehingga mengumbar nafsu dan tidak
melakukan pergaulan bebas atau berduaan dengan laki – laki yang bukan muhrim.
Oleh karena itu, boleh – boleh saja jika ada kesempatan perempuan menjadi
pemimpin. Seorang perempuan boleh maju dalam kancah politik tetapi dengan
tujuan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
source: khazanah trans7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar