Senin, 29 April 2013

Tafsir Surat Al - Kautsar


Dalam surah al kautsar, umat islam diperintahkan untuk sholat 5 waktu, kemudian menjalankan ibadah kurban.

“Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak (1) maka dirikanlah shalat karena tuhanmu dan berkurbanlah(2) sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus(3).” QS. Al Kautsar : 1-3

Sejumlah ulama seperti  Abdullah bin Abbas berpendapat surah al kautsar diturunkan di Mekkah, tapi ada juga beberapa ulama seperti Adahad dan Ikrimah berpendapat surah ini diturunkan di Madinah. Ada juga beberapa ulama tafsir yang berpendapat surah ini diturunkan di Mekkah dan Madinah. Namun pendapat turunnya surah ini di Mekkah lebih kuat karena kandungan surah ini berisikan bantahan terhadap kaum Quraisy yang mengingkari nikmat Allah. Mereka melakukan propaganda berupa ejekan, tuduhan, dan penolakan terhadap ke Rasul an Muhammad SAW. Diriwayatkan oleh Al Bazaar dengan sanat yang shoheh, Hadist ini bersumber dari Ibnu Abbas.

Ketika Kaap bin Al Asraf, seorang tokoh yahudi datang ke Madinah, kaum Quraisy datang kepadanya berkata “Tuan adalah pemimpin Madinah, bagaimana pendapat tuan tentang orang yang berpura-pura sabar yang diasingkan oleh kaumnya, dan menganggap dirinya lebih mulia daripada kami, padahal kami adalah orang yang menyambut dan memberi minum orang yang melaksanakan haji, kami juga yang menjaga Ka’bah”. Kaap kemudian berkata “kalian lebih mulia daripada Dia (nabi Muhammad)”. Maka turunlah ayat ketiga dalam surah Al Kautsar untuk membantah ucapan mereka, diriwayatkan pula oleh Albai Haki yang bersumber dari Mujahid bahwa ayat ketiga surah Al Kautsar berkaitan dengan Al Asyi bin Wail, ketika dia berkata “Aku membenci Muhammad”, maka ayat ini turun sebagai penegasan bahwa orang yang membenci Muhammad, Rasulullah SAW, akan terputus segala kebaikannya, baik didunia maupun di akhirat nanti.

Ayat pertama surah Al Kautsar menunjukkan keluasan karunia Allah yang tanpa batas dan melimpah, tetapi manusia cenderung lupa terhadap berbagai nikmat yang telah Allah berikan. Allah menyinggung manusia dengan kalimat “maka nikmat yang mana lagi yang kalian dustakan”. Kalimat ini diulang hingga 26 kali pada surah Ar Rahman. Al Qur’an banyak mengisahkan orang-orang yang mendustakan nikmat Allah. Mereka menganggap, apa yang didapatnya, baik tahta maupun harta semata-mata karena kerja kerasnya, tanpa campur tangan Allah.

Menurut para ahli tafsir, yang dimaksud al kautsar adalah sungai yang ada di surga yang diberikan khusus kepada Rasulullah SAW, sebagaimana yang didapat sebuah riwayat dari Annas bin Malik. Suatu saat Rasulullah terkantuk hingga tertidur, tiba-tiba beliau bangun sambil mengangkat kepalanya dan tersenyum, para sahabat bertanya, “kenapa engkau tersenyum wahai Rasulullah?”, Rasulullah menjawab, “baru saja turun kepadaku sebuah surat”, kemudian beliau menbacakan surah Al Kautsar. Abdullah bin Abbas berpendapat, yang dimaksud Al Kautsar adalah seluruh kebaikan yang Allah berikan kepada Rasulullah SAW. Pendapat ini dikuatkan oleh imam ibnu Katsir.

Ayat kedua surah Al Kautsar, Allah memerintahkan umat islam untuk sholat dan berkurban. “Maka sholatlah untuk Robb mu dan sembelihlah hewan kurbanmu, baik berupa unta, sapi, ataupun kambing, semua harus dilaksanakan karena Allah SWT. Dalam sholat terkandung ketundukkan hati dan perbuatan hanya karena Allah SWT. Sedangkan dalam ibadah kurban, merupakan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan harta terbaik yang dimilikinya berupa hewan kurban. Hubungan ayat kedua dengan ayat pertama adalah bimbingan untuk mensyukuri dari seorang hamba untuk khaliknya. Pada ayat tersebut, terdapat penjelasan bagaimana kita mensyukuri nikmat, yaitu tidak hanya dengan ucapan saja, tetapi juga dengan amalan terkait dengan anggota badan kita. Sedangkan faedah hukum yang terkandung dalam ayat ini, terkait dengan hukum dan tata cara beribadah kurban bahwa proses ibadah kurban dilakukan setelah sholat idul Adha, bukan sebelum shalat.

Ayat ketiga surah Al kautsar, ahli tafsir seperti Imam Tobali berpendapat, rdasarkan riwayat Abdullah bin Abbat, “sesungguhnya musuhmu adalah orang yang membenci Rasulullah”.

Apabila kita diberikan keluasan rizki, maka belanjakanlah harta kita dijalan Allah, karena harta yang kita miliki sekarang sebenarnya adalah harta yang kita keluarkan untuk bersedekah, infaq, dan zakat. Sebagaimana firman Allah SW, perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta dijalan Allah adalah serupa sebutir benih yang menumbuhkan 7 bulir, pada setiap bulir terdapat 100 biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa saja yang dia kehendaki, dan Allah maha luas. Allah SWT mengingatkan manusia supaya pandai-pandai bersyukur atas segala limpahan nikmat dan kekayaan yang kita peroleh, baik kecil maupun besar. Allah SWT berfirman “sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah nikmat kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. QS. Ibrahim : 7

Dalam sebuah riwayat, nabi Ismail sekitar berusia 6 atau 7 tahun saat Allah memberi ujian kepada nabi Ibrahim untuk menyembelih anak kesayangannya. Allah berfirman dalam QS. As Saffat ayat 102,dalam mimpinya nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah supaya menyembelih putranya nabi Ismail. Sampai di Mina, nabi Ibrahim menginap dan bermimpi lagi mimpi yang sama, demikian juga ketika di Arafah, nabi Ibrahim bermimpi lagi dengan mimpi yang sama. Nabi Ibrahim kemudian mengajak putranya Ismail berjalan meninggalkan tempat tinggalnya, yaitu Mina. Baru saja nabi Ibrahim berjalan meninggalkan rumahnya, kemudian setan menggoda Siti Hajar dengan membisikkan kepada hatinya “hai hajar, apakah benar suamimu membawa pisau untuk menyembelih anakmu Ismail?”. Akhirnya Siti Hajar termakan rayuan setan sambil berteriak kepada Ibrahim “ya Ibrahim, mau diapan anakku?”, tapi nabi Ibrahim tetap melaksanakan perintah Allah SWT. Setelah sampai di jabar kurban, sekitar 200 m dari tempat tinggalnya, nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih Ismail.

“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya diatas pelipisnya, nyatalah kesabaran keduanya. Dan kami panggillah Dia “Hai Ibrahim, kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya begitulah kami memberi balasan kepada orang yang berbuat baik”, Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”.QS. As Saffat : 103-107.

Setelah Islam turun, Rasulullah memberikan panduan berkurban sesuai syaria’t Islam dengan mengikuti jejak nabi Ibrahim. Banyak ulama berpendapat, menyembelih hewan kurban pada hari idul Adha lebih utama daripada sedekah senilai hewan kurban, atau bahkan dengan sedekah yang lebih banyak, karena maksud terpenting berkurban adalah mendekatkan diri kepada Allah. Disamping itu, menyembelih kurban lebih menampakkan syiar Islam dan lebih sesuai dengan sunah nabi Muhammad SAW. Ibadah kurban pada hakekatnya ayang kan sampai kepada Allah SWT itu adalah nilai dari ketakwaan orang yang akan berkurban dan daging yang akan dikurbankan.

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkan untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”.QS. Al Hajj : 37

Waktu berkurban dimulai dari tanggal 10-13 Zulhijjah, waktu memotong kurban pada 10 disebut yaumul nahar, yaitu waktu penyembelihan kurban. Sedangkan tanggal 11,12,13 dinamakan yaumul tasyrik. Diluar waktu itu, bila kita memotong hewan dinamakan sedekah. Disunnahkan ketika menyembelih, hewan itu dibaringkan dan tidak boleh disembelih dalam keadaan berdiri. Disunnahkan juga bagi yang menyembelih, membaca doa dulu sebagaimana doa yang dicontohkan oleh Rasulullah. Adapun hukumnya berkurban, para ulama membagi kepada 2 pendapat. Pendapat pertama, wajib berkurban bai orang yang sudah mampu dari segi finansial. Yang kedua, hukumnya sunnah muakkadah atau sunnah yang sangat dianjurkan. Rasulullah bersabda “Barang siapa mempunyai kesanggupan dan kemampuan untuk berkurban, tapi tidak mau berkurban, maka janganlah dia mendekati musholla kami”. Binatang yang akan dikurbankan adalah unta, sapi, kerbau dan kambing. Bagi yang belum mampu, memang tidak diwajibkan untuk berkurban. Daging kurban dibagikan kepada orang yg fakir miskin atau yang lebih memerlukan, tetapi kalau pihak keluarga yang berkurban mau memakannya secara hukum diperbolehkan dan tidak mengurangi sedikitpun pahala dari Allah SWT. Tapi alangkah lebih baiknya, kalau daging kurban dibagikan kepada orang-orang yang betul-betul membutuhkannya.

source: khazanah trans7 (ahad, 21 april 2013)


Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar