Senin, 28 Januari 2013

MENULIS UNTUK UANG ATAU KARYA ?


Tak dapat dipungkiri jika menulis merupakan salah satu seni bahasa yang sarat akan makna. Dengan menulis, seseorang dapat meluapkan seluruh emosi yang ada dalam dirinya untuk diterjemahkan dalam kalimat-kalimat dengan gaya bahasa yang indah sehingga seseorang dapat ikut merasakan suasana hati yang sedang dirasakan oleh sang penulis. Jika di artikel sebelumnya saya telah menulis tentang flash fiction sebagai salah satu cara baru dalam menulis, dan di artikel lain saya telah memberikan tips bagi Anda—terutama penulis baru—agar tulisan yang dibuat dapat segera terselesaikan, kini saya ingin mendiskusikan hal lain yang perlu kita tanamkan dalam diri kita sejak dini jika kita memutuskan untuk menjadi seorang penulis. Diskusi kali ini lebih ke arah mindsheet yang harus benar-benar kita tanamkan dalam pikiran kita. Agar kita tidak menyesali keputusan saat kita memutuskan untuk menjadi seorang penulis.
Mindsheet itu adalah…. “Apakah Kita Menulis untuk Uang atau Untuk Karya?”
Pernah saya jumpai seseorang yang menuliskan komentarnya di sebuah halaman yang memuat tentang lomba cerpen, “Kenapa lomba ini harus dipungut biaya? Kalo kayak gini kan, jadinya kita tidak dapat memajukan bangsa ini dengan bacaan-bacaan tapi kita justru memanfaatkan cerpen atau karya sastra sebagai obyek pencarian uang. Sangat fatal sekali.” Ya, kira-kira begitulah komentar ia tuliskan.
Sebagai seseorang yang hidup dalam bangsa yang mendeklarasikan dirinya sebagai bangsa yang menganut sistem demokrasi, sebenarnya tidak salah jika komentar itu tercetus begitu saja. Namun sebagai seseorang yang bijak, ada baiknya jika kita tidak langsung menelan kalimat itu begitu saja.
Sahabat, pada saat seseorang memiliki hobi, tak ada salahnya jika dia kembangkan hobi itu untuk mendapatkan sebuah penghasilan tambahan. Sehingga, dia bisa terpacu untuk terus mengembangkan hobinya dan pada akhirnya, hobi tersebut dapat bermanfaat bagi orang lain. Pun begitu dengan menulis. Pada saat orang memiliki jiwa kompetisi yang begitu besar, tentu dia akan menggunakan peluang adanya lomba-lomba menulis sebagai ajang untuk “melatih dirinya” agar dia lebih mahir dalam menulis. Sebab, pada saat dia gagal dan tidak menjadi pemenang, dia akan menginstrospeksi lagi dirinya, mencari kesalahan terhadap apa yang dia lakukan, dan memperbaikinya agar kualitas dirinya jauh lebi baik dari sebelumnya.
Saya tidak akan menyalahkan orang-orang yang menulis hanya demi uang, namun saya hanya menyayangkannya. Karena pada saat kita menulis hanya untuk uang dan tidak memperhatikan konten tulisan, tulisan itu ibaratnya bakso yang menggunakan boraks. Itu artinya, bakso itu tidak akan memberikan manfaat bagi orang lain dan terutama bagi dirinya sendiri dalam waktu dekat ataupun dalam jangka panjang. Nah karena itu, mulai dari sekarang, jika Anda ingin menekuni hobi Anda dengan serius dalam bidang menulis, dan ingin mendapatkan penghasilan tambahan serta memberikan inspirasi bagi orang lain dengan tulisan Anda, maka bertanyalah terlebih dulu dengan diri Anda, untuk apa Anda menulis.
Be a real writer. Hidup hanya sekali. Jadi manfaatkan itu dengan sangat baik.


Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar