Menurut
saya, film ini merupakan salah satu film yang menunjukkan bahwa dream comes
true itu ternyata benar-benar nyata. Dan cinta yang tulus, abadi, serta
sejati ternyata benar-benar pernah dialami oleh dua insan manusia ini. Beberapa
kali saya temukan cerita cinta yang tak masuk akal, kekanak-kanakan dan
parahnya “membodohi” masyarakat saat ini dalam tayangan-tayangan sinteron di
televisi. Dan hal itu hanya akan membuat moral anak bangsa berubah menjadi
lebih buruk dan mentalnya pun hanya sebatas “mental tempe”. Mungkin terlalu
keras saya mengatakan hal ini, namun nyatanya dalam pergaulan sekarang ini,
moralitas anak bangsa patut diragukan dan dipertanyakan. Terlebih karena makin
maraknya kasus-kasus porstitusi yang melibatkan anak dibawah umur dan belum
cukup dewasa. Jadi seyogyanya, kisah ini diharapkan dapat membuka mata hati
mereka bahwa pembuktian cinta bukanlah dengan melakukan free sex namun
dengan berada di sisi pasangan kita dalam suka maupun duka. Selain itu,
mencintai dan menyayangi seseorang karena Allah juga bukanlah sebuah teori
belaka. Karena mereka mampu membuktikannya hingga salah satu diantara keduanya
harus berpulang terlebih dulu dalam pelukan Allah.
Adalah
Bacharudin Jusuf Habibie atau yang lebih dikenal dengan Rudy Habibie atau B.J.
Habibie—presiden ketiga Republik Indonesia—pada suatu malam—sebelum lebaran
pada tahun 1962—tak sengaja berkunjung ke rumah salah seorang tetangganya di
Bandung, Jawa Barat yang tak lain adalah keluarga besar Besari—salah satu
keluarga terpandang yang saat itu dikenal sangat mengutamakan pendidikan. Rudy yang saat itu tengah mendapatkan jatah libur dari sekolahnya di jurusan
teknik konstruksi ringan di Aachen, Jerman Barat menggunakan kesempatannya
untuk bersilahturahmi bersama saudaranya Fanny Habibie. Sayangnya Rudy hanya
ingin menunggu Fanny di dalam mobil dan tidak ingin ikut masuk. Beberapa jam
berselang, Fanny belum juga kembali. Rudy yang telah bosan menunggu pun
akhirnya memutuskan untuk menyusul Fanny yang masih berada di dalam rumah.
Setelah kakinya berhenti melangkah tepat di depan pintu rumah keluarga Besari,
dia hanya melihat seisi ruangan, namun tak ada seorang pun yang tengah berada
dalam ruangan itu. Walaupun dia telah mengucapkan salam, namun tak ada
tanggapan sama sekali dari si empunya rumah. Dia hanya mendengar suara mesin
jahit yang tengah dioperasikan dari ruang tengah. Karena tak ada tanggapan sama sekali, dia pun
memberanikan diri untuk memasuki rumah tersebut dan berjalan hingga ke ruang tengah. Dan di situ, dia terkejut saat melihat sesosok wanita yang tengah menjahit sebuah baju dengan mesin jahit. Saat
wanita itu menoleh, betapa terkejutnya Rudy karena ternyata dia adalah Hasri Ainun Besari—teman semasa kecilnya yang juga teman SMP nya dulu. Parahnya dulu Rudy
pernah mengolok-olok Ainun yang dulu berkulit hitam, gemuk, bak gula jawa. Namun, Ainun yang dulu
mirip sekali dengan gula jawa, sekarang telah tumbuh menjadi wanita
cantik yang tengah beranjak dewasa semanis gula pasir dan langsung membuat
Rudy jatuh cinta.
Dari situlah awal mula sang mahasiswa
teknik konstruksi ringan ini menaruh hati pada Ainun. Esoknya tepat di saat hari Raya Idul Fitri,
Rudy memberanikan diri untuk bersilahturahmi ke rumah keluarga Besari sekaligus bertemu dengan Ainun. Hari demi hari berlalu. Tak terasa tiga bulan sudah
Rudy telah berada di Indonesia, itu berarti dia harus segera kembali ke Jerman
karena masa liburannya hampir berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar