Minggu, 13 Januari 2013

EVERLASTING LOVE OF HABIBIE AND AINUN – PART 1



Menurut saya, film ini merupakan salah satu film yang menunjukkan bahwa dream comes true itu ternyata benar-benar nyata. Dan cinta yang tulus, abadi, serta sejati ternyata benar-benar pernah dialami oleh dua insan manusia ini. Beberapa kali saya temukan cerita cinta yang tak masuk akal, kekanak-kanakan dan parahnya “membodohi” masyarakat saat ini dalam tayangan-tayangan sinteron di televisi. Dan hal itu hanya akan membuat moral anak bangsa berubah menjadi lebih buruk dan mentalnya pun hanya sebatas “mental tempe”. Mungkin terlalu keras saya mengatakan hal ini, namun nyatanya dalam pergaulan sekarang ini, moralitas anak bangsa patut diragukan dan dipertanyakan. Terlebih karena makin maraknya kasus-kasus porstitusi yang melibatkan anak dibawah umur dan belum cukup dewasa. Jadi seyogyanya, kisah ini diharapkan dapat membuka mata hati mereka bahwa pembuktian cinta bukanlah dengan melakukan free sex namun dengan berada di sisi pasangan kita dalam suka maupun duka. Selain itu, mencintai dan menyayangi seseorang karena Allah juga bukanlah sebuah teori belaka. Karena mereka mampu membuktikannya hingga salah satu diantara keduanya harus berpulang terlebih dulu dalam pelukan Allah.
Adalah Bacharudin Jusuf Habibie atau yang lebih dikenal dengan Rudy Habibie atau B.J. Habibie—presiden ketiga Republik Indonesia—pada suatu malam—sebelum lebaran pada tahun 1962—tak sengaja berkunjung ke rumah salah seorang tetangganya di Bandung, Jawa Barat yang tak lain adalah keluarga besar Besari—salah satu keluarga terpandang yang saat itu dikenal sangat mengutamakan pendidikan. Rudy yang saat itu tengah mendapatkan jatah libur dari sekolahnya di jurusan teknik konstruksi ringan di Aachen, Jerman Barat menggunakan kesempatannya untuk bersilahturahmi bersama saudaranya Fanny Habibie. Sayangnya Rudy hanya ingin menunggu Fanny di dalam mobil dan tidak ingin ikut masuk. Beberapa jam berselang, Fanny belum juga kembali. Rudy yang telah bosan menunggu pun akhirnya memutuskan untuk menyusul Fanny yang masih berada di dalam rumah. Setelah kakinya berhenti melangkah tepat di depan pintu rumah keluarga Besari, dia hanya melihat seisi ruangan, namun tak ada seorang pun yang tengah berada dalam ruangan itu. Walaupun dia telah mengucapkan salam, namun tak ada tanggapan sama sekali dari si empunya rumah. Dia hanya mendengar suara mesin jahit yang tengah dioperasikan dari ruang tengah. Karena tak ada tanggapan sama sekali, dia pun memberanikan diri untuk memasuki rumah tersebut dan berjalan hingga ke ruang tengah. Dan di situ, dia terkejut saat melihat sesosok wanita yang tengah menjahit sebuah baju dengan mesin jahit. Saat wanita itu menoleh, betapa terkejutnya Rudy karena ternyata dia adalah Hasri Ainun Besari—teman semasa kecilnya yang juga teman SMP nya dulu. Parahnya dulu Rudy pernah mengolok-olok Ainun yang dulu berkulit hitam, gemuk, bak gula jawa. Namun, Ainun yang dulu mirip sekali dengan gula jawa, sekarang  telah tumbuh menjadi wanita cantik yang tengah beranjak dewasa semanis gula pasir dan langsung membuat Rudy jatuh cinta.
Dari situlah awal mula sang mahasiswa teknik konstruksi ringan ini menaruh hati pada Ainun. Esoknya tepat di saat hari Raya Idul Fitri, Rudy memberanikan diri untuk bersilahturahmi ke rumah keluarga Besari sekaligus bertemu dengan Ainun. Hari demi hari berlalu. Tak terasa tiga bulan sudah Rudy telah berada di Indonesia, itu berarti dia harus segera kembali ke Jerman karena masa liburannya hampir berakhir.


Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar