Tak dapat
dipungkiri jika menulis merupakan salah satu seni bahasa yang sarat akan makna.
Dengan menulis, seseorang dapat meluapkan seluruh emosi yang ada dalam dirinya
untuk diterjemahkan dalam kalimat-kalimat dengan gaya bahasa yang indah
sehingga seseorang dapat ikut merasakan suasana hati yang sedang dirasakan oleh
sang penulis. Jika di artikel sebelumnya saya telah menulis tentang flash
fiction sebagai salah satu cara baru dalam menulis, dan di artikel lain
saya telah memberikan tips bagi Anda—terutama penulis baru—agar tulisan yang
dibuat dapat segera terselesaikan, kini saya ingin mendiskusikan hal lain yang
perlu kita tanamkan dalam diri kita sejak dini jika kita memutuskan untuk
menjadi seorang penulis. Diskusi kali ini lebih ke arah mindsheet yang
harus benar-benar kita tanamkan dalam pikiran kita. Agar kita tidak menyesali
keputusan saat kita memutuskan untuk menjadi seorang penulis.
Mindsheet itu adalah…. “Apakah Kita Menulis untuk Uang atau Untuk
Karya?”
Pernah saya
jumpai seseorang yang menuliskan komentarnya di sebuah halaman yang memuat
tentang lomba cerpen, “Kenapa lomba ini harus dipungut biaya? Kalo
kayak gini kan, jadinya kita tidak dapat memajukan bangsa ini
dengan bacaan-bacaan tapi kita justru memanfaatkan cerpen atau karya sastra
sebagai obyek pencarian uang. Sangat fatal sekali.” Ya, kira-kira begitulah
komentar ia tuliskan.
Sebagai
seseorang yang hidup dalam bangsa yang mendeklarasikan dirinya sebagai bangsa
yang menganut sistem demokrasi, sebenarnya tidak salah jika komentar itu
tercetus begitu saja. Namun sebagai seseorang yang bijak, ada baiknya jika kita
tidak langsung menelan kalimat itu begitu saja.
Sahabat,
pada saat seseorang memiliki hobi, tak ada salahnya jika dia kembangkan hobi
itu untuk mendapatkan sebuah penghasilan tambahan. Sehingga, dia bisa terpacu
untuk terus mengembangkan hobinya dan pada akhirnya, hobi tersebut dapat
bermanfaat bagi orang lain. Pun begitu dengan menulis. Pada saat orang memiliki
jiwa kompetisi yang begitu besar, tentu dia akan menggunakan peluang adanya
lomba-lomba menulis sebagai ajang untuk “melatih dirinya” agar dia lebih mahir
dalam menulis. Sebab, pada saat dia gagal dan tidak menjadi pemenang, dia akan
menginstrospeksi lagi dirinya, mencari kesalahan terhadap apa yang dia lakukan,
dan memperbaikinya agar kualitas dirinya jauh lebi baik dari sebelumnya.
Saya tidak
akan menyalahkan orang-orang yang menulis hanya demi uang, namun saya hanya
menyayangkannya. Karena pada saat kita menulis hanya untuk uang dan tidak memperhatikan
konten tulisan, tulisan itu ibaratnya bakso yang menggunakan boraks. Itu
artinya, bakso itu tidak akan memberikan manfaat bagi orang lain dan terutama
bagi dirinya sendiri dalam waktu dekat ataupun dalam jangka panjang. Nah karena
itu, mulai dari sekarang, jika Anda ingin menekuni hobi Anda dengan serius
dalam bidang menulis, dan ingin mendapatkan penghasilan tambahan serta
memberikan inspirasi bagi orang lain dengan tulisan Anda, maka bertanyalah
terlebih dulu dengan diri Anda, untuk apa Anda menulis.
Be a
real writer. Hidup
hanya sekali. Jadi manfaatkan itu dengan sangat baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar